Akhirnya aku tergerak menuliskan ini. Setelah beberapa hari hanya menumpuk di to-do list whatsapp group yang isinya hanya aku dan nomorku yang lain. Dalam batinku setiap harinya: aku tau ini dan itu yang harus kukerjakan. Tapi ya sudah tulis dulu di ponsel.
Hari ini, aku benar-benar menulisnya. Sebelumnya aku mengucapkan terima kasih kepada para youtuber yang telah mengupload video-video relaksasi untuk tidur, fokus belajar, meditasi, dan lain sebagainya. Karenamu, aku bisa tenang dalam menuliskan ini. Rasanya benar-benar sangat nyaman. Membuatku merasa tenang seakan berada di surga dunia yang begitu indah. Ada daerah pegunungan yang asri, sungai yang mengalir, kicau burung yang bergembira, musik yang begitu indah, mentari yang menembus dari balik cakrawala, dan hembusan angin yang membelai pipiku. Indahnya hidup ini.
Masuk ke topik utama. Malam itu, malam sabtu. Aku sedang menonton beberapa video yang menurutku menarik di Youtube. Sambil rebahan, kurasakan malam yang begitu damai tanpa tugas membebani. Walau sesungguhnya kutahu ada banyak list yang belum kukerjakan.
Kala mataku mulai menunjukkan tanda-tanda ingin terpejam, tiba-tiba sebuah hewan yang tak kuinginkan kedatangannya jatuh dari atas. Mungkin dari ventilasi jendela. Atau dari jendela yang terbuka? Ah, aku sungguh menyesal kenapa jendela itu harus kubuka.
Hewan yang biasanya kulihat di sawah, kini berada di kamar kosku yang begitu “VIP”. Teganya kau merusak kenyamanan ruanganku. Awalnya aku mendengar suara dari atas dan menghantam tembok. Namun, setelah kulihat tidak ada apa-apa. Meski kutahu perasaanku yang curiga tidak dapat dibohongi.
Beberapa menit kemudian, hewan itu melompat melintasi kasurku yang steril. Mendarat tepat di lantai tengah-tengah kamarku. Suasana hatiku pun merubah. Otakku langsung berpikir bagaimana harus mengeluarkannya. Ketika di rumah, ada orang tua yang bisa diandalkan untuk masalah ini. Tapi, kini aku sendiri dalam ruangan yang sempit ini.
Selagi aku berpikir, hewan yang kusebut katak itu melompat ke tembok lalu merangkak ke atas. Tubuhnya yang proporsional membuatnya begitu mudah bergerak seperti cicak. Langsung saja kututup dan kupindahkan barang yang di bawahnya untuk berjaga-jaga kalau si katak terjatuh di beberapa peralatan memasakku seperti rice cooker, saringan, tatakan, baskom kecil, dan botol.
Seandainya kuusir memakai sapu pun tidak serta merta langsung keluar. Ia berada di atas. Beberapa detik kemudian ia ke bawah, entah terjatuh atau sengaja melompat. Mendarat tepat di samping koper dan tasku. Haduh.. sangat merepotkan.
Tak lama ia pun melompat ke atas, kulihat dia berada di ventilasi dan keluar. Alhamdulillah. Akhirnya ia menemukan jalannya sendiri. Persis seperti doaku dalam hati kepada Allah SWT. Kulihat beberapa barang yang kemungkinan tadi sempat melakukan kontak dengan si katak. Besok harus kucuci, pikirku.
Aku pun melanjutkan aktivitas. Bersiap untuk membaca buku sebelum tidur. Namun, bukannya langsung tidur setelahnya malah lanjut membuka ponsel hingga tengah malam. Sadar akan hal ini, buru-buru kutata tempat tidurku untuk tidur.
Namun, semua berubah lagi setelah katak menyerang kedua kalinya. Terakhir kulihat si katak sudah melompat lewat ventilasi pintu kamar di sebelah barat. Entah bagaimana bisa tiba-tiba muncul lagi dari atas ventilasi kaca depan.
Sang katak bergelayutan di dream catcher kesayanganku, melompat hingga jatuh ke kasur, dan berakhir di kardus tempat stok makanan. Di satu sisi, aku senang karena tidak perlu susah-susah menyuruhnya pergi. Tinggal bawa kardus itu dan tumpahkan di luar. Di satu sisi, sungguh aku sangat kesal. Betapa lelahnya membersihkan kamarku ini. Tentu, semua yang telah disentuh katak harus kucuci. Tidak bisa kudiamkan.
Akhirnya, malam itu aku tidak tidur. Kulepas spreiku, selimut, sarung bantal, dan menaruhnya di ember untuk kucuci. Walaupun hanya di sudut sprei saja, tentu semuanya juga kucuci sekalian supaya bersih. Ku lap tembok yang terkena katak, kecuali bagian atas. Kucuci peralatan makan atau masak yang kupunya. Kukeluarkan semua stok makanan seperti mie, toples isi gula maupun garam, energen, bumbu sachetan, sarimi, susu sachet, dsb. Semuanya kucuci di wastafel.
Kardus tempat itu pun kucuci (sungguh ga masuk akal, ya jelas basah dan akhirnya dibuang). Kardus itu sebenarnya ukurannya sedang, pas banget untuk tempat stok makanan di kamarku yang sempit. Ya akhirnya aku berharap semoga menemukan kardus seperti itu kembali. Kardus tempat panic listrik mini kesayanganku.
Setelah beres-beres barang-barang, terakhir kupel lantai menjelang dini hari. Sungguh malam yang melelahkan. Otakku panas dan mulai pusing karena kurang tidur. Setelah itu, kulanjutkan dengan memasak nasi dan merendam pakaian untuk dicuci. Lengkap sudah aku tidak tidur sampai pagi. Saat subuh, langsung tancap gas cuci baju disaat yang lain masih tidur. Ya, ada yang bangun juga sih. Kebetulan saat diriku mau mencuci, pakaianku di kamar mandi itu. Akhirnya, kucuci bajuku di kamar mandi luar dan mandi sekalian.
Mentari telah datang. Udara sejuk menerpa wajahku di atap rumah. Segarnya.. namun aku ingin segera tidur. Rasanya aneh juga, badan fresh sekujur tubuh tapi malah kulanjutkan dengan menarik selimut. Itu pun hanya bertahan 3 jam. Aku bangun dengan rasa kurang nyaman. Sudah siang. Tugas belum kukerjakan.
Kulanjutkan dengan sarapan dan menjalani hari hingga malam kembali. Malam itu, aku tertidur pulas untuk membalaskan dendam lantaran tragedi katak. Sejak saat itu, setiap malam harus kututup jendela untuk menjaga kenyamanan kamarku dari sang katak.