Keluarga Alasan untuk Memulai Kesuksesan

Sebuah Alasan untuk Memulai: Keluarga yang Menunggu Kesuksesan Kita

Saat hari lahirmu tiba, dunia seakan tertuju padamu. Semua berlomba-lomba ingin menimangmu. Ayah dan ibu diliputi rasa bahagia akan pelengkap formasi rumah tangga mereka.

Kamu masih suci belum tau apa-apa. Namun harapan kedua malaikatmu sudah mulai terbentuk. Semoga anakku ini sholehah, Ya Allah. Semoga nanti ia sukses dalam kehidupannya.

Sesi kehidupan pun mulai berputar. Kamu bisa tertawa, merangkak, berjalan, dan memanggil mama, misalnya. Lalu, saat kau menginjak 7 tahun, diantarnya ke sekolah favorit. Mereka ingin anaknya mendapatkan apa saja yang terbaik di dunia ini.

Kau meremaja, lagi suka-sukanya mengekspresikan diri. Main sana sini, ingin tahu ini itu. Sesekali orangtuamu menasihati, apa yang baik dilakukan dan apa yang tak seharusnya kau lanjutkan. Kadang kamu sok tahu, kadang langsung menutup pintu tatkala rentetan kalimat terlontar menghujanimu.

Kau pun mendewasa, mulai mengerti tentang kehidupan ini. Mulai benar-benar belajar apa yang dulunya pernah diajar namun tak kau dengar. Mulai mencoba menghargai dan menghormati. Meskipun sesekali kesal, mengapa menjadi dewasa sesulit ini.

Bagaimana nanti aku bisa bertahan hidup tanpa mereka? Aku masih ingin berlindung di balik punggungmu, yah. Aku masih ingin dipeluk olehmu, bu. Tapi, aku harus belajar berjalan sendiri. Mungkin yang kubutuhkan ialah doamu kini.

Hingga kau bertemu suatu titik dalam renungan. Setelah mengklik ribuan artikel di mesin pencarian, mengeksplorasi banyak hal di dunia ini, kau memantapkan hati untuk memulai sebuah bisnis. Bukan angin tiba-tiba, semua sudah dipikirkan dengan luar biasa.

Puluhan impian kau tuliskan di lembaran kertas putih, kau beri gambar yang menarik, kau tempel di dinding kamarmu. Kau berpikir lagi, tak mungkin semua impian ini bisa tercapai jika hanya mengandalkan gaji semata, harus ada strategi khusus dalam memainkan uang tersebut.

Kau pun kembali membuka mesin pencarian, mencari referensi buku yang sesuai, mencari seseorang yang pantas dijadikan guru.

Sudah kau baca ribuan kisah pilu dan suksesnya para miliarder di dunia. Sudah kau serap semua motivasi yang terkandung dalam setiap kisah mereka. Sudah kau mantapkan hati untuk mengikuti jejak mereka.

Ternyata semua tak semudah yang dibayangkan. Jalannya berliku. Baru memulai saja rasanya sudah sesulit ini. Bagaimana aku akan kuat menghadapi semua ini? tanyamu dalam hati.

Sungguh, ini jalan berbeda yang jarang dilalui orang. Tak ada orang disekitarmu yang mendukung, bahkan keluargamu, yang dijadikan sebuah alasanmu untuk memulai.

Kau sudah berusaha menjelaskan, tapi mereka tak mengerti dengan jalan pikiranmu. Kau pun tak mau mengikuti jalan mereka. Pikirmu, mungkin itu jalan bodoh jika kau sampai mengambilnya. Sama saja mengulangi kesalahan yang sama untuk meneruskan kegagalan. Padahal yang kau mau ialah mengubah nasib keluarga menjadi lebih baik.

Kau pun memilih diam dan tetap berjalan dengan penuh keyakinan. Dalam genggamanmu sedang kau cetak sebuah keberhasilan. Tak akan pernah kau lepaskan sebelum kau dapatkan. Begitulah, sebuah prinsip seorang pejuang.

Tapi, lagi dan lagi. Takut, malas, menunda-nunda, menjadi sebuah penyakit yang candu. Sekali dilakukan akan terus ditoleransi. Kau pun mencari lagi asupan motivasi. Namun seringkali kembali pada sebelumnya.

Mungkin saja ada yang salah dalam diri. Kau lakukan koreksi. Mulai bercermin dan mencari celah yang perlu diperbaiki. Kemudian, memohon pada Tuhan agar diberikan jalan. Pada saat itu, begitu baiknya Tuhan padamu. Ia tunjukkan jalannya untuk kau lalui. Ia kuatkan langkah kakimu. Ia membersamaimu dalam situasi apapun hingga suksesmu kau raih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *