Apakah series kecoa ini lanjutan dari curhatan random setelah katak menyerang? Awalnya bukan, tapi setelah dipikir-pikir cocok juga kalau diupload. Sore itu, aku sedang memindahkan berkilo-kilo barang di rantauan.

Bolak-balik dari satu tempat ke tempat lain, tentu saja kupesan ojek online untuk meringankan beban. Bukankah aneh jika kugendong semua barang sendirian? Di pinggir jalan? Mondar-mandir tak karuan?

Kududuk terdiam di sisi jendela. Penglihatanku tak bisa terlepas dari pemandangan sisi barat. Terlihat gunung menjulang tinggi yang begitu indah, begitu kuhayati hingga memunculkan rasa syukur atas ciptaan Allah SWT . Pelan tapi pasti, kendaraan modern ini berhenti tepat di depan rumah bergerbang hijau. Satu per satu barang yang telah dimasukkan kardus diturunkan di aspal.

Tak ada siapa-siapa. Tak apa-apa. Koper hingga tumpukan kardus berhasil ditangani sendirian. Waktunya rebahan, makan, dan mulai membersihkan. Sampai sini, firasatku sudah yakin. Pasti diantara kardus-kardus yang bertumpuk ini, di dalamnya ada satu kecoa yang menghuni.

Pemikiranku ini didasarkan pada pengalaman saat dulu membuka barang yang sudah lama berada di dalam kardus. Apalagi di tempat yang sama, sudah ada feeling bahwa hal ini akan terjadi lagi.

Tebakan benar 100%. Ada satu kecoa terselip di dalam kardus berisi peralatan memasak. Sungguh tak ingin kupikirkan bagaimana mengeluarkannya. Hewan ini berlari begitu cepat, sulit untuk ditangani. Dulu, kututup memakai kardus dan kubawa lari keluar. Saat ini, lebih susah lagi. Sang kecoa bersembunyi di bagian yang sempit.

Hanya ada pasrah dalam hati. Berharap ia keluar sendiri dan tak mengikuti lagi ke tempat lain. Begitu aku pindah ke tempat lain, ternyata ia masih mengikuti di dalam kardus. Sungguh, betapa susahnya untuk menangkapnya.

Setiap kali terlihat, ia bersembunyi hingga tak bisa dilihat lagi. Muncul di waktu yang tak terduga, kututup memakai kantong plastik, kubuang, berharap ia ikut terbuang. Ternyata masih ada di bawah meja, berlari ke tempat yang sempit. Sudahlah, entah dimana kau berada, tolong pergilah lewat pintu yang kubuka.

Aku sudah muak denganmu. Tolong biarkan tempat yang bersih ini ada tanpa diwarnai dirimu. Pergilah ke tempatmu berasal. Pergilah ke tempat yang sesuai, dimanapun kau berada. Asal jangan di kamarku. Kumohon. Aku lelah menangkapmu.

 

writer

Share
Published by
writer

Recent Posts

Kereta Api

Aku nulis ini sambil gemetar sedikit. Mungkin ini adalah efek dari obat-obatan. Ya, aku memang…

10 bulan ago

My Childhood

Sekitar awal abad ke-21, kelahiranku menambah populasi bumi. Rumah itu awalnya sepi. Ramai pun membujuk…

11 bulan ago

Hujan

Hujan, aku sebenarnya kasihan. Engkau selalu berjatuhan. Terlempar dari langit, mendarat di tanah, hingga mengalir…

2 tahun ago

Low Maintenance Friendship, Menjaga Persahabatan yang Berharga Tanpa Raga Berjumpa

Persahabatan adalah permata yang menghiasi keseharian. Membuatmu tak merasa sendirian, maupun takut kesepian. Di masa…

2 tahun ago

7+ Hobi dan Langkah Mudah Temukan Hobi yang Tepat Untukmu

Hidup ini bisa membosankan kalau tidak ada perbedaan kegiatan. Kamu yang memiliki setumpuk pekerjaan kantoran,…

2 tahun ago

I Miss the Old Me

Rinduku pada diriku yang dulu tidak pernah memupus. Semua hal yang kulakukan selaras dan teratur.…

2 tahun ago